Badrun (nama samaran) merupakan anak Sholeh yang rajin Sholat dan Puasa (Sunnah). Pernah suatu ketika saat Badrun Puasa Ramadlon, saat sedang melaksanakan Sholat Ia dalam kondisi sakit flu dan batuk berdahak, baru saja selesai baca surat Al-fatihah tanpa sengaja dahak / ingusnya tertelan ke dalam perutnya.
Lantas Badrun menghentikan Sholat dan puasanya karena Dia beranggapan Sholat dan Puasanya sudah batal disebabkan menelan dahak / ingus tersebut saat pelaksanaan Sholat.
📝 PERTANYAAN
Apakah Sholat dan Puasa bisa batal karena menelan dahak atau ingus yang ada didalam rongga mulut atau hidung ?
📖 JAWABAN
Dahak merupakan lendir yang berasal dari kepala (otak) / perut. Hukum menelan dahak atau ingus pada saat Sholat dan Puasa hukumnya ditafsil (diperinci):
a) Hukumnya tidak m
embatalkan Sholat dan Puasanya, apabila dahak dan ingus tersebut tertelan dengan sendirinya (tanpa ada usaha) dan tidak mampu untuk meludahkannya.
b) Hukumnya membat
alkan Shalat atau Puasanya, apabila sengaja menelannya atau tertelan tanpa usahanya tetapi dia punya kemampuan untuk meludahkannya (sebelum tertelan).
{كفاية الأخيار، جزء ١ ، صحفة ٢٠٥}
ولو نزلت نخامة من رأسه وصارت فوق الحلقوم نظر إن لم يقدر على إخراجها ثم نزلت إلى الجوف لم يفطر وإن قدر على إخراجها وتركها حتى نزلت بنفسها أفطر أيضا لتقصيره.
“Ketika ingus turun dari kepala dan berada di bagian atas tenggorokan maka hukumnya diperinci, jika seseorang yang Puasa tidak mampu mengeluarkannya (Jawa: melepeh) lalu ingus itu turun kembali menuju bagian dalam (jauf) maka puasanya tidak batal, namun jika mampu untuk mengeluarkannya dan Ia meninggalkan hal tersebut sampai ingus itu dengan sendirinya turun (menuju bagian dalam), maka puasanya dihukumi batal, karena ia dianggap ceroboh (karena tidak mengeluarkan ingus)”
{الفقه الإسلامي وأدلته، جزء ٣ ، صحفة ٩٥}
ابتلاع النُّخامة: وهي ما ينزل من الرأس أو الجوف، أما لو جرت بنفسها وعجز عن مجها، فلا يفطر، وإن تركها مع القدرة على لفظها، فوصلت الجوف، أفطر في الأصح لتقصيره، كما تقدم بيانه أيضاً.
[الفقه الإسلامي وأدلته | جزء ٣ | صحفة ٩٥]
Menelan dahak, dahak adalah sesuatu yang turun dari kepala / otak atau dari perut. Apabila dahak tersebut masuk dengan sendirinya dan orang tidak mampu untuk meludahkan, maka tidak membatalkan Puasa. Dan apabila membiarkannya serta adanya kemampuan untuk mengeluarkannya sehingga masuk dalam (perut), maka membatalkan Puasa menurut pendapat yang ashoh karena lengah.
{أسنى المطالب، جزء ٥، صحفة ٢٩٨}
( يُفْطِرُ بِاسْتِخْرَاجِ الْقَيْءِ إلَيْهِ وَابْتِلَاعِ النُّخَامَةِ مِنْهُ سَوَاءٌ اسْتَدْعَاهَا ) أَيْ اسْتَقْلَعَهَا إلَى الْفَمِ وَالْأَنْفِ ( أَمْ لَا ) بَلْ حَصَلَتْ فِيهِ بِلَا اسْتِدْعَاءٍ ( فَإِنْ جَرَتْ بِنَفْسِهَا ) مِنْ الْفَمِ أَوْ الْأَنْفِ وَنَزَلَتْ إلَى جَوْفِهِ ( عَاجِزًا عَنْ الْمَجِّ ) لَهَا ( فَلَا ) يُفْطِرُ لِلْعُذْرِ بِخِلَافِ مَا إذَا أُجْرِيَ ظَاهِرًا وَهُوَ ظَاهِرٌ أَوْ جَرَتْ بِنَفْسِهَا قَادِرًا عَلَى مَجِّهَا لِتَقْصِيرِهِ مَعَ أَنَّ نُزُولَهَا مَنْسُوبٌ إلَيْهِ.
Batal Puasa seseorang dengan sebab mengeluarkan muntah (dengan segaja) ke mulut dan batal pula dengan menelan dahak dari mulut ( batas dhohir) sama saja dahak itu tertarik / dikeluarkan dari hidung dan mulut atau tidak, bahkan adanya didalam mulut tanpa harus sengaja dikeluarkan (dari mulut atau hidung). Apabila dahak tersebut berjalan masuk dengan sendirinya dari mulut atau hidung kedalam perut yang orang tersebut tidak mampu untuk meludahkannya (tiba-tiba masuk), maka Puasanya tidak batal karena dianggap udzur. Beda halnya dengan disengaja di jalankan / ditelan itu sudah jelas (membatalkan) atau berjalan masuk dengan sendirinya yang orang tersebut mampu untuk meludahkannya (maka membatalkan) karena kelengahannya serta masuknya dahak tersebut dinisbatkan kepada usahanya.
روضة الطالبين وعمدة المفتين (١/ ١٠٩، بترقيم الشاملة آليا)
فإن أكل مغلوبا بأن جرى الريق بباقي الطعام أو نزلت النخامة ولم يمكنه إمساكها لم تبطل
Apabila makan tidak sengaja misalnya ludah yang bercampur dengan sisa makanan berjalan (masuk kedalam perut) atau dahak masuk kedalam perut dan tidak mungkin untuk menahannya maka Sholatnya tidak batal.
Terbaru
Lebih lama